Nama Andre D Carson mungkin
tidak setenar Keith Ellison, anggota Muslim pertama dalam Kongres
Amerika Serikat (AS). Namun demikian, kiprah Andre D Carson dalam dunia
politik negeri Paman Sam itu sudah tidak diragukan lagi. Seperti halnya
Ellison, Carson kini tercatat sebagai salah satu anggota senat (DPR) AS.
Hebatnya lagi, ia adalah seorang Muslim.
November tahun ini menjadi awal periode
kedua bagi Carson menduduki kursi anggota legislatif AS menyusul
kemenangan yang diraihnya dalam pemilu sela yang digelar 2 November
tahun 2009 lalu. Dalam pemilu sela tersebut, Carson yang merupakan wakil
dari negara bagian Indiana, unggul 58,9 persen suara atas penantangnya,
Marvin Scott yang hanya memperoleh 37,8 persen.
Perjuangan Carson untuk bisa meraup 58,9
persen suara tersebut tidaklah mudah. Selama masa kampanye, Carson kerap
diserang dari sisi keislamannya oleh sang rival. Scott kerap menjadikan kemusliman Carson sebagai target serangannya.
Dalam situs pribadinya, Scott menulis
pernyataan anti-Islam yang menyatakan bahwa elemen radikal Islam sedang
mendanai dan membangun masjid-masjid di seluruh Amerika. Bahkan, Scott
yang mengklaim dirinya sebagai orang yang menghormati kebebasan beragama
mengatakan, “Saya membela hak Carson untuk menjadi seorang Muslim… Tapi
mereka (Muslim), tidak berhak mengganti hukum AS dengan hukum Islam,
hukum para ekstrimis.”
Namun, pernyataan keras Scott itu tak
ditanggapi serius oleh Carson. Ia menyatakan bahwa pernyataan ini
merupakan bentuk kekesalan Scott karena tak mampu memenangkan pemilu
sehingga melakukan black campaign terhadap dirinya.
Menjadi Muslim
Ketertarikan Carson terhadap Islam sudah
berlangsung sejak usia remaja. Tapi, ia mulai membaca buku-buku mengenai
Islam dan masuk Islam sekitar 12 tahun lalu. Satu hal yang paling
memengaruhinya adalah karya-karya penyair sufi Rumi dan buku
autobiografi tokoh Muslim Afro-Amerika, Malcolm X.
Ketertarikannya terhadap Islam diakuinya
karena nilai-nilai kedamaian dan kasih sayang yang diajarkan dalam
Alquran. “Buat saya, daya pikat Islam adalah pada aspeknya yang
universal. Semua agama mengajarkan universal. Tapi, dalam Islam, saya
melihatnya secara teratur di masjid-masjid di mana orang dari berbagai
ras ikut shalat bersama,” tambahnya.
Carson kerap terlihat menunaikan shalat
di Masjid Nur-Allah, sebuah masjid Suni yang banyak dikunjungi orang
Amerika keturunan Afrika. Sebagai politikus Muslim di negara yang
mayoritas penduduknya non-Muslim, Carson kerap menghadapi berbagai
kritikan yang menghubungkannya dengan pemimpin Nation of Islam, Louis
Farrakhan.
Sekalipun menyangkal bahwa kelompok Islam
itu ada hubungannya dengannya, namun ia mendukung beberapa aktivitas
yang dilakukan kelompok itu, seperti memerangi penggunaan narkotika.
Kendati sikapnya ini ditentang, Carson
tetap memiliki banyak pendukung. Sejak memutuskan untuk terjun ke kancah
politik, ayah dari seorang putri bernama Salimah ini tidak menganggap
agama yang dianutnya bakal menghambat kariernya. Sekalipun saat ini umat
Islam masih berjuang keras untuk meningkatkan citra mereka di Amerika.
Politisi yang bersuamikan Mariama
Shaheed, seorang pendidik di Pike Township School ini menegaskan,
sekalipun ia menghormati Islam, agama yang dianutnya tidak akan pernah
memengaruhi keputusan yang diambilnya. Karena ia beranggapan keputusan
tersebut harus diambil berdasarkan kebutuhan para pemilihnya.
“Bagi saya agama memberi informasi untuk
saya. Anda perlu menghormati orang-orang tanpa melihat ras, agama, atau
jenis kelamin,” tandasnya.[republika]
No comments:
Post a Comment