Sore
itu di gedung Fatahilah Masjid Sunda Kelapa (Sabtu, 13 Agustus 2011)
sebuah kegiatan diskusi digelar dengan tema Kesalehan Sosial. Diskusi
itu dihadiri oleh para mualaf.
Dalam acara tersebut ada salah satu anggota yang cukup menarik perhatian. Dia adalah Sigit Nugroho Wartawan senior Bola yang memiliki jaringan luas di tingkat Internasional. Ia adalah seorang mualaf yang kini mendirikan OLE!.
Pria kelahiran Semarang, 6 Oktober 1965
ini adalah anak tunggal dari pasangan Letkol Pol Djati Koenjtono(Alm)
dan Soeharsi. Selain sebagai seorang wartawan ia juga berfrofesi sebagai
komentator olah raga disejumlah stasiun televisi swasta dan juga
stasiun tv nasional.
Sigit mengaku sudah dua tahun memeluk
Islam. Sebelum memilih Islam, ia sebelumnya telah melewati tiga fase
agama dalam kehidupannya.
Pertama ia dulu seorang yang tidak beragama
(atheis), kemudian ia masuk menjadi orang khatolik. Tak beberapa lama
kemudian ia keluar dari agama tersebut dan kemudian menjadi seorang
Muslim
Kini Sigit mengakui lebih giat untuk
memperdalam ajaran agama islam dan tidak akan mempermainkan agama
seperti sebelumnya. Ada pengalaman religi yang ia ungkapkan setelah
dirinya memeluk agama Islam.
Ia mengaku dahulu sebelum dirinya menjadi
seorang mualaf, ia merasakan ketidaktenangan dalam hidup. Tak hanya
itu, ia merasa uang hasil kerjanya tak bisa dinikmati dengan baik karena
membuat tubuh jadi panas.
Namun kini setelah ia masuk dan memeluk
agama islam, ia merasakan ketenangan dalam hidup dan uang hasil kerjanya
dapat dinikmati tanpa ada keganjilan.
Setelah benar-benar mencoba menjadi
seorang Muslim yang taat ibadah dan mempunyai pengetahuan agama, Sigit
merasakan kedamaian dan ketenangan jiwa dalam menjalani kehidupan.
“Islam menjadikann saya pribadi yang sabar dan ikhlas dalam menghadapi
setiap ujian dan cobaan,” ujarnya.
Dahulu. tutur Sigit, ia selalu menyerah
dalam menghadapi setiap masalah yang sedang dihadapinya. Ia juga mengaku
tidak mempunyai seorang teman pun untuk membantunya mencari jalan
keluar dari setiap masalah yang dihadapinya.
Kini setelah menjadi seorang Muslim ia
mempunyai banyak teman dan selalu terbantu dalam memecahkan permasalah
yang ada dalam kehidupannya. Diisinilah ia mengetahui arti islam yang
sebenarnya.
Ramadhan selalu dimaknai Sigit sebagai
bulan yang sangat istimewa, karena pada saat bulan suci ini, ia bisa
lebih bersabar dalam menghadapi setiap permasalahan yang datang. Kondisi
itu menjadikan dirinya mempunyai ketegaran iman yang kuat dalam
memaknai kehidupan yang baru sebagai seorang muslim.
Ramadhan kali ini ia juga mempunyai tugas
yang cukup berat namun sekaligus pengalaman cukup berarti. Pasalnya ia
menjadi ketua umum dalam acara kegiatan Talk Show Ramadhan 2011 yang
diadakan bersama para mualaf yang ada di Jakarta.
Dalam penggalangan dana, ternyata ia
mengalami kesulitan. “Untuk urusan agama ko masih banyak ya yang sulit
sekali beramal dan menyisihkan sedikit hartanya di bulan Ramadhan bulan
yang penuh berkah ini” tuturnya.
Kini sebagai seorang Muslim, ia pun juga
mempunyai keinginan mengajak para mualaf yang lain untuk lebih giat
mempelajari ilmu agama islam dan mengetahui pengetahuan yang luas
tentang ajaran islam.
Sigit pun memberikan sedikit saran kepada
para mualaf lain yang datang di acara diskusi ini. “Sebagai eorang
mualaf kita harus benar-benar pegang teguh agama ini, janganlah kalian
main-mainkan ajaran Islam ini, dan para mualaf yang lain harus tetap
semangat menghadapi cobaan yang begitu sulit, apalagi setelah kita
mengucap ikrar keimanan,” ujarnya. (rol)
No comments:
Post a Comment