Knud Valdemar Gylding Holmboe lahir
pada 22 April 1902, sebagai anak tertua dari keluarga pedagang yang
terpandang di kota Horsens, Denmark. Sejak remaja, Knud sudah tertarik
dengan ilmu filsafat dan agama dan dalam usia muda, Knud sudah bekerja
sebagai wartawan magang dan menulis untuk sejumlah koran lokal di
Denmark.
Pada usia 20 tahun, Knud menyatakan
memeluk agama Katolik dan tinggal di sebuah seminari di Clairvaux,
Prancis. Dengan cepat ia membaur dalam kehidupan biara dan ingin
memperdalam ilmu agamanya ke tempat lain. Tahun 1924, ia pun pergi ke
Maroko dan di negara inilah ia malah mengenal Islam.
Knud sering menemui seorang syaikh di
sebuah masjid kecil di kawasan pegunungan di negara itu. Dari
pertemuan-pertemuan itu, Knud menyadari bahwa hatinya terpaut pada
Islam. Setahun kemudian, ia pun mengucapkan dua kalimat syahadat.
Pulang ke Denmark, Knud menerbitkan buku
pertamanya “Poems” berisi tulisan-tulisannya tentang kematian,
kehidupan, keyakinan dan gurun pasir. Tak lama setelah buku pertama,
Knud menerbitkan buku tentang pengalamannya selama tinggal di Maroko
berjudul “Between the Devil and The Deep Sea – a dash by plane to seething Morocco”.
Tahun 1925, Knud melakukan perjalanan ke
Timur Tengah, mulai dari Suriah, Palestina, Yordania, Irak dan Persia.
Ia menyaksikan sendiri pertikaian politik di Baghdad dan Palestina, yang
menjadi cikal bakal ketidakstabilan situasi Timur Tengah hingga
sekarang.
Setelah Timur Tengah, pada tahun 1927,
ia mengunjungi kawasan Balkan bersama isterinya yang baru dinikahinya.
Di Albania, ia menyaksikan bagaimana orang-orang Italia menindas
komunitas Muslim. Knud menulis dan mengirimkan banyak artikel serta foto
apa yang ia saksikan di Albania ke media massa di Denmark. Salah
satunya yang memicu kontroversial adalah artikel Knud tentang tindakan
penguasa Italia menggantung seorang pendeta Katolik terkemuka Albania.
Cerita itu menyebar ke seluruh Eropa dan membuat otoritas Italia marah
besar.
Saat kembali ke Denmark, Knud mencoba
keberuntungannya dengan menjadi editor di sebuah koran lokal. Tapi
kesulitan ekonomi membuatnya memilih meninggalkan Denmark. Bersama
istrinya, Nora dan puterinya, Aisha, Knud pindah ke Maroko. Knud juga
mengganti namanya menjadi Ali Ahmed El Gheseiri, yang merupakan
terjemahan bebas nama asli Knud ke dalam bahasa Arab.
Ikut Jihad Melawan Italia
Tahun 1930, Knud melakukan perjalanan
yang membuatnya menjadi terkenal. Dengan menggunakan mobil Chevrolet
Model 1929 dari Maroko melintasi gurun Sahara menuju Mesir. Saat
melewati Libya, Knud lagi-lagi menyaksikan perlakun buruk penguasa
Italia yang saat itu menjajah Libya, terhadap masyarakat Muslim di
negeri itu. Orang-orang Italia itu menggantung, mengeksekusi, menyerang,
menyiksa penduduk Muslim serta merusak sumber nafkah mereka sehingga
penduduk Muslim di Libya hidup dalam kemiskinan.. Knud menulis dan
mengambil foto-foto apa yang disaksikannya di Libya.
Pengusa Italia di Libya tidak tinggal
diam. Mereka menangkap Knud di kota Derna dan mengusir Knud dari Libya.
Sejak itu, Knud memutuskan untuk bergabung dengan gerakan perlawanan
rakyat Libya yang dipimpin oleh Syaikh Omar Al-Mokhtar.
Knud tetap melanjutkan perjalanannya ke
Mesir. Di negeri Piramida itu, ia berjuang keras meyakinkan masyarakat
Muslim di Mesir untuk membantu jihad muslim Libya melawan penjajahan
Italia. Knud sedang bersiap-siap membawa bantuan dengan karavan ke kota
Al-Kufra, Libya, ketika duta besar Italia untuk Mesir meminta otoritas
Inggris dan Mesir menangkap dan menjebloskan Knud ke penjara. Sebulan
lamanya ia mendekam di penjara, lalu dipulangkan dengan kapal laut ke
negara asalnya, Denmark.
Di Denmark, Knud menuliskan kekejaman
penjajahan Italia di Libya dalam bukunya “Desert Encounter”, yang dengan
cepat menjadi buku terlaris di Denmark dan beberapa negara Eropa
lainnya, serta di AS. Di Italia, buku itu dinyatakan terlarang hingga
tahun 2004. Pemerintah Italia menghabiskan dana ribuan dollar untuk
melakukan kampanye hitam terhadap buku Knud tersebut dan memanfaatkan
media massa di Italia untuk membantah semua tulisan-tulisan Knud tentang
kejahatan perang Italia di Libya.
Tahun 1931, Knud kembali melakukan
perjalanan. Kali ini ia berencana ke Mekkah untuk menunaikan ibadah
haji. Dalam perjalanannya, ia menyempatkan diri bertemu dengan para
pemimpin dan tokoh perlawanan Libya yang diasingkan ke Turki, Yordania
dan Suriah. Saat berada di Suriah, masyarakat Arab sedang melakukan
demonstrasi besar-besaran di depan kantor konsulat Italia di Damaskus.
Lagi-lagi Knud diusir dari Suriah. Knud boleh masuk ke Yordania dan
melanjutkan perjalanannya ke Mekkah, setelah kantor konsulat Denmark di
Istanbul menyampaikan proters keras atas perlakuan terhadap Knud.
Dibunuh Saat Menuju Mekkah
Pemerintah Italia masih menyimpan rasa
khawatir terhadap Knud. Mereka takut Knud akan menyerukan jihad melawan
Italia sesampainya di Mekkah. Untuk itu, Italia melakukan berbagai cara
untuk mencegah Knud agar tak sampai ke Mekkah. Knud mengalami berbagai
macam percobaan pembunuhan ketika masih berada di Amman, Yordania. Namun
Knud tetap pada rencananya semula untuk pergi ke Mekkah. Ia membeli
seekor unta dan melanjutkan perjalanannya ke Aqaba. Di sini, ia harus
menunggu izin masuk ke wilayah Kerajaan Saudi.
Tanggal 11 Oktober 1931, Knud
meninggalkan untanya di dekat perbatasan Saudi. Ia konon sedang bermalam
di dekat oasis Haql ketika sekelompok suku Arab Badui mendatanginya.
Suku di Saudi itu dikenal sebagai sekutu orang-orang Italia yang
menguasai wilayah itu. Mereka menyuruh Knud untuk melanjutkan perjalanan
sendirian dan di tengah jalan antara Al-Haql dan Humayda, Knud diserang
dan disergap. Tapi malam itu juga, Knud berhasil meloloskan diri, ia
berenang menjauhi bibir pantai. Saat kelelahan dan terdapar di sebuah
pesisir pantai, suku Arab Badui menemukan Knud dan langsung menembaknya
hingga tewas. Usia Knud saat itu baru 29 tahun. Jenazahnya dikubur di
dekat pantai.
Petugas perbatasan Yordania Arif Saleem
berusaha mengejar seorang syaikh, pemimpin kelompok yang dicurigai
sebagai pelaku pembunuhan terhadap Knud. Saleem berhasil menangkapnya di
wilayah Aqaba dan menginterogasinya selama beberapa jam. Tapi atas
perintah komandan pasukan Inggris John Glubb, syaikh itu akhirnya
dibebaskan. Beberapa bulan kemudian, tersiar kabar bahwa sejumlah
anggota suku yang membunuh Knud, melakukan bunuh diri massal ketika
tentara-tentara yang setia dengan Raja Ibnu Saud menghancurkan kamp-kamp
mereka.
Tulisan, buku-buku dan foto-foto karya
Knud menjadi warisan bersejarah yang sangat penting. Setelah Perang
Dunia II usai, Italia diseret ke pengadilan internasional, tapi
masyarakat Muslim di Libya tidak pernah menerima kompensasi atas
kekejaman yang dilakukan pemerintah Italia selama menjajah Libya.
Jenazah Knud juga tidak pernah dipulangkan ke Denmark. [eramuslim]
No comments:
Post a Comment