Fotografi telah mengenalkan Islam kepada Barat,” begitu kata Peter Sanders, fotografer kelas dunia yang
juga pemilik Peter Sanders Photography Library seperti dikutip harian
Al-Watan edisi 29 Januari 2008. Sanders menyatakan bahwa masyarakat
Barat banyak yang tak tahu dan tak mengenal Islam secara benar.
Namun, peristiwa 11 September 2001 telah
membawa masyarakat Barat untuk mengetahui Islam yang sebenarnya secara
lebih mendetail. Termasuk, melalui hasil karya seni atau fotografi,
seperti yang dihasilkannya. Karena, menurut Sanders, hasil fotografi
yang indah akan lebih cepat memperkenalkan Islam kepada masyarakat
Barat.
Sebagai salah satu fotografer legendaris
dan ternama, Sanders terbilang unik. Ia tak pernah mengenyam pendidikan
fotografi, sebagaimana umumnya para fotografer profesional. Sanders
hanya belajar fotografi secara autodidak.
Kursus fotografi pertama Sanders justru
dilakukan akhir 1990 di Swiss atau tiga dasawarsa setelah ia malang
melintang di jagat fotografi. “Itu pun karena saya mendapat proyek di
Arab Saudi yang menuntut penggunaan kamera format besar,” tuturnya.
Sanders muda mengaku sering kesulitan uang. Tapi, ia berani berspekulasi
dengan menjadi seorang fotografer. Ia menjajakan karya-karyanya ke
penerbitan, koran, majalah, atau sampul album musik.
Sanders mengaku terjun ke dunia fotografi
hanya menuruti panggilan hatinya. Sebab, ia tak memiliki kemampuan dan
keahlian yang bisa diandalkan. Lantaran hobi, ia merasa bakal mampu
survive di dunia fotografi kendati tanpa harus memiliki titel mentereng.
Saat ini, Sanders memiliki Peter Sanders
Photography Library. Ini semacam pepustakaan yang mendokumentasi karya
Sanders sepanjang 39 tahun kariernya di dunia Muslim. Ada lebih dari 250
ribu foto dalam bentuk digital di situ. Ia menjualnya untuk keperluan
majalah atau buku-buku tentang Islam.
Dunia fotografi profesional sudah Sanders
tekuni lebih dari 50 tahun lamanya. Namun, tidak demikian dengan dunia
spiritualnya saat ini. Sang fotografer kawakan kelahiran London,
Inggris, 64 tahun silam ini memang tidak dilahirkan dari keluarga
Muslim. Agama Islam sendiri baru dikenalnya pada saat ia melakukan
perjalanan ke India pada 1970.
Ia mulai berkarier dalam dunia fotografi
pada pertengan tahun 1960-an. Saat itu, fotografi yang sedang ngetrend
adalah mengabadikan bintang-bintang musik terkenal. Begitu juga dengan
Sanders. Ia berdiri di bibir panggung para superstar hanya untuk
mengabadikan aksi panggung Bob Dylan, Jimi Hendrix, The Doors, The Who,
atau Rolling Stones.
Namun, Sanders merasa jiwanya kering.
Kejenuhan akan objek yang itu-itu saja dan persepsinya terhadap
fotografi akhirnya membawa dia pada sebuah perjalanan yang rumit. Ia
merasa dunia fotografi semakin tak menantang. Hal itu membuatnya semakin
gelisah. Maka, pada 1970, ia mengembara hingga ke India.
Perjalanan ini pun membawa Sanders pada
dunia yang belum pernah dikenalnya. Ia mulai mengenal Islam dan mencoba
mempelajarinya. Semakin lama, ia makin terpesona dengan keindahan Islam.
“Ketika itu, usia saya baru menginjak 24 tahun. Saya bertanya tentang
mati. Usaikah diri kita setelah mati? Pertanyaan itu terus menghantui
saya. Saya pergi ke India. Saya belajar Hindu, Buddha, Sikh, dan Islam,”
ungkapnya mengkisahkan awal mula perjalanannya menemukan Islam.
Saat berada di India, Sanders mengalami
peristiwa yang amat berkesan. Pada suatu pagi, saat tengah menunggu
kereta api di stasiun yang penuh dengan orang dan hiruk pikuk keramaian,
seorang ibu tiba-tiba menggelar tikar di dekatnya. Ibu tersebut lantas
melakukan gerakan shalat di situ. Hal ini mengejutkan Sanders. Sebab,
selama ini dia memang belum pernah melihat orang shalat.
Kemudian, Sanders bertanya kepada seorang
anak muda yang berdiri di dekatnya. “Apakah ini?” Anak muda tersebut
menjawab, “Ini nenek saya. Dia seorang Muslim. Ia sedang shalat.” Momen
tersebut terus terekam dalam ingatannya.
Setelah perjalanan ke India tersebut, ia
kembali ke Inggris dan mendapati teman-teman lamanya banyak yang
terjerumus dalam penggunaan narkoba. Namun, beberapa orang temannya ada
yang menjadi Muslim dan terhindar dari dunia narkoba dan kehidupan
malam. Dari sini, ia seakan mendapatkan petunjuk. “Inilah jalan yang
harus saya tempuh.” Begitu batinnya mengatakan. Akhirnya, ia memutuskan
masuk Islam dan mengganti namanya menjadi Abd al-Adheem.
Di sebuah koran beberapa tahun lalu,
Sanders membuka rahasia mengapa ia memilih Islam. Menurutnya, tak ada
yang menariknya kepada agama yang dibawa Nabi Muhammad SAW, selain yang
menciptakan manusia. “Tuhanlah yang memilihkan untuk saya,” katanya.
Maka, seusai mendeklarasikan keislamannya
ini, Sanders tampak makin bersahaja. Ia tak lagi merasa kering dan
gersangnya hati. Islam memberi roh pada pekerjaannya. Islam juga
mengilhaminya pada sebuah jalan baru untuk makin menekuni dunia
fotografi, namun dengan objek yang berbeda.
Tahun itu juga, Sanders memutuskan
pensiun menjadi fotografer selebriti. Ia memulai pengembaraannya ke
negeri-negeri Muslim. Tiga bulan setelah masuk Islam, ia berkesempatan
menunaikan ibadah haji ke Makkah atas biaya dari seorang kenalannya.
Saat menunaikan ibadah haji, Sanders
mendapat kesempatan untuk memotret Ka’bah dan lautan jamaah haji dari
jarak dekat. Pada tahun 1971, saat itu masih terbilang sulit untuk bisa
mengambil gambar di Makkah dan Ka’bah pada khususnya serta lokasi lain
di Arab Saudi. Namun, berkat keuletannya, dia mendapatkan izin dari
orang yang tepat dan terpandang di Arab Saudi saat itu.
Foto-foto perjalanan spiritualnya dimuat
di media-media utama Barat untuk pertama kalinya, seperti The Sunday
Times Magazine dan The Observer. Dan, mulai saat itulah, Peter Sander
alias Abd AlAdheem makin [islam.online]
No comments:
Post a Comment